LAILATUL QODAR DI SIANG BOLONG
LAILATUL QODAR DI SIANG BOLONG.
Lailatul Qodar Disiang Bolong
Hari itu sabtu 21 Oktober 2021....jam 9.30 wib aku baru saja selesai mengajar di mualimin dan langsung pulang kerumah. Karena Pandemi Corona yang belum berakhir, sekolah masuk dibagi 2 sesi, kelas 1,2 3 putra MMP masuk sesi 1 mulai jam 7.30 sampai 9.30.
Sesampai dirumah aku langsung rebahan dikamar menemani istriku yang memang butuh istirahat karena hamil muda.sebagai mana biasa istriku tanya ini itu terus kemudian masing masing khusyuk wiridan dengan tasbih kekinian alias HP ๐๐.
Namun tak lama kemudian sebuah nama panggilan WA Call muncul di layar HP ku. Nama itu adalah Mas Hadzik... Santri ganteng kesayangan murobbi ruuhi yang selalu menemani beliau kemana kemana. Kuangkat HP ku.. Dia langsung bilang:
"Pak Yusuf... Njenengan ten dalem ?"
"Ya pak hadzik , ada Apa" Jawabku
"Abah ngersaaken rawuh dateng dalem njenengan"
"Opo, rawuh nang omahku, ojo Guyon pean !!! "
" Engge pak saestu, niki pun siap siap bade meluncur mriku"jawabnya
"Lho.. Lho.. MasyaAllah .. Pean iku piye kok gak ngebel ket mau, ben aku iso persiapan ".
" He he.. Lha pancen panjenenganipun nembe dawuh niku wau, terus ngersaaken berangkat pak"
"Allahu akbar..., yo wis kiro kiro nyampe kene jam piro, terus saiki nek dahar remenane opo"
"Insya Allah setengah jam maleh pak, akhir2 niki abah remene niki - niki "
Aku agak kaget dengar murobbi ruuhi dahare kog menu itu, menu yang terbilang berat untuk ukuran orang yang sakit seperti beliau. Tapi segera ingat beberapa saat lalu pak hadzik pernah cerita bahwa anjuran dokter abah sekarang dituruti saja keinginannya apa makanan atau jika ingin tindak tindak. Akhirnya aku bilang
" OK.. Pak hadzik ati ati, ndang berangkat Kutunggu kedatanganmu"
"He he Engge pak "
Ku tutup HP ku, kutatap wajah istriku yang berbinar binar, sejak tadi nunggu aku selesai ngebel.
" Ayah.. Temen ta niki, Abah bade mriki" Kata istriku dengan dengan suara bergetar dan mata berkaca kaca.
" Iya dik... Kita dapat lailatul qodar disiang bolong"..
Secara reflek kami berangkulan menangis bareng. Kami menangis bahagia... Bagaimana tidak, berkali kali kami berdua berharap beliau rawuh kegubuk kami selalu saja gagal, karena beberapa hal, terutama faktor kesehatan beliau. Ketika kami boyongan rumah 2 februari 2016 aku sowan memohon beliau rawuh untuk mauidho dan berkah doa beliau, beliau kerso rawuh. Namun pada hari H aku ditimbali beliau minta maaf karena alasan kesehatan beliau tidak bisa rawuh"
Ketika tetanggaku menikah dan beliau rencananya yang mengakadkan, aku sudah mempersiapkan segalanya untuk menyambut beliau dirumahku. Mendadak gerah beliau kambuh, akhirnya gagal.
Terakhir ..ketika walimah aqiqah anakku yang kedua aku berharap beliau rawuh ternyata beliau hanya bisa mendoakan keberkahan untuk anakku dari ndalem karena faktor kesehatan beliau. Begitulah entah berapa kali keinginanku agar beliau rawuh tak juga terwujud.
Akhirnya semakin hari semakin kutahu bahwa kesehatan beliau tambah menurun, akupun kehilangan harapan rawuhnya Beliau, apalagi setelah 2 tahun musibah pandemi covid berlangsung dan tak menunjukkan tanda tanda membaik, mendengar beliau tak menerima tamu, harapanku semakin pupus, jangankan berharap rawuh kerumah, berharap sowan pun tidak berani.
Kamipun segera beranjak keluar, anak anak dibelakang lagsung kuberi tugas masing masing, membersihkan halaman dan rumah menata dan mempersiapkan segala yang perlu disiapkan terutama hal hal yang berkaitan dengan Prokes. Aku tahu beliau sangat ketat dan disiplin dalam hal ini. bebarapa anak anak laki aku suruh berbaris mulai jalan masuk sampai menuju teras rumah.
Antara percaya dan tidak, antara takut dan bahagia. Antara harap dan cemas, aku tunggu kedatangan murobbi ruuhi. Detik detik jam terasa berjalan lama sekali waktu itu. Jantungku berdetak lebih kencang dari biasanya. Hatiku terus berkata:
"temen ta gak iki.. Temen ta gak iki"
Akhirnya harapan itu benar benar terjadi, Kulihat dari kejauhan mobil sedan hitam berjalan agak pelan semakin mendekat. Antara bahagia dan takut aku tunggu kehadiran beliau didepan pintu gerbang rumahku yang berupa barongan.
Mobil berhenti dijalan depan rumahku, aku bingung kenapa beliau tidak segera masuk. Kaca mobil samping sopir terbuka. Mas hadzik membisiki aku
"Abah kerso ningali bangunan masjid njenengan rumiyen pak yusuf"
"Oh Engge monggo"jawabku
Aku berjalan menunjukkan tempat masjid Al Falah yang sedang dibangun 50 m sebelah timur rumahku. Beliau memandangi dengan seksama rancang bangunan yang baru dua hari sebelumnya dipondasi. Kulihat wajah beliau sumringah bahagia.
Begitulah...beliau selalu seneng dan terhibur mendengar siapapun yang membangun masjid,pesantren, lembaga pendidikan, gedung TPQ atau apapun berkaitan perjuangan lii'laai kalimatillah dan izzul islam wal muslimi. Semenjak didalem beliau mulai ada santri hampir seumur hidup beliau tak pernah berhenti untuk membangun pesantren, masjid, panti asuhan, dan sekolah. Saat inipun -ketika beliau sudah wafat- didepan ndalem terdapat bangunan untuk pesantren yang masih dalam proses pengerjaan . Beberapa waktu sebelumnya ketika Polres jombang merenovasi masjidnya "junnatul fuada" Beliau menitipkan uang dalam jumlah yang besarkepada Abah munari ( santri Al Hikam purnawirawan polisi ) untuk jariyah pembangunan masjid Polres tersebut.
Lama beliau memandangi orang orang bekerja, bertanya ini itu yang berkaitan dengan pembangunan masjid. beliau juga mendoakan agar pembangunan diberi kelancaran dan kemudahan.
" Ayo saiki nang omahmu Suf" Dawuh beliau mengakhiri kunjungan ke masjid itu.
Mobil berjalan pelan ke barat berbelok dan parkir didepan rumah. Melihat beliau keluar dari mobil dengan agak susah dan masuk rumahku, aku tak mampu membendung air mata. Siapa santri tak bahagia jika orang yang mendidik dhohir batin nya, menyayanginya dengan ketulusan rawuh digubuknya.apa lagi dalam suasana Pandemi semacam ini. Bisa sowan aja seperti dapat "pulong" atau "Ndaru". Apalagi ini beliau berkenan rawuh. Serasa dapat "Lailatul Qodar disiang Bolong".
Untuk berberapa lama Beliau, Bu nyai , ibukku, aku dan istriku terlibat pembicaraan ringan. Sementara pak hadzik sibuk berpindah pindah tempat mencari posisi dan angel yang tepat mengabadikan pertemuan itu.
Beliau terlibat pembicaraan intens dengan umiku tentang penyakit yang kebetulan yang sama2 dideritanya.
"Yai monggo dipun aturi dahar sak wontene, ngapunten" Maturku menyela pembicaraan.
"Aku nek gak ono sing ngancani mangan, angel mangan Suf, kancani yo !"
Kami bertiga.. Beliau, Bu Nyai dan aku maem, sementara ibukku dan istri memilih kebelakang. Disela sela itu banyak hal yang beliau sampaikan. Satu persatu ujian hidup yang kupendam sendiri dalam hati di "onceki" Dan diberi solusi. Kupejamkan mataku , kunikmati untaian mutiara nasehat beliau . Aku tak kaget jika beliau membicarakan satu persatu masalah yang aku hadapi tanpa aku harus matur dulu. Dua tahun kami tak pernah bertemu. Tapi dawu beliau "metani" Perilakuku, masalahku seperti beliau bersamaku setiap hari. sama sekali aku tak heran, karena hal itu terjadi puluhan kali padaku.
Beliau memberi ijazah kepadaku yang harus diwiridkan bakda ashar.itulah ijazah terakhir yang aku Terima dari Murobbi ruuhi๐ญ๐ญ๐ญ. Beliau juga menceritakan masa masa sulit beliau ketika pertama kali menapaki jalan perjuangan membangun pesantren dan agenda perjuangan beliau yang lain. Aku tahu beliau menceritakan itu semua agar aku tak tumbang menghadapi ujian yang akhir akhir ini semakin tidak masuk akal. Seakan akan beliau dawuh :
" Suf nek awakmu ngroso Cubo sing tok adepi abot, ngertio cuboku luweh abot"
Tak terasa dua jam kami berlima bercengkarama akhirnya beliau kundur, Setelah mendoakan kami sekeluarga dan cucu murid beliau disini, tak lupa beliau memberikan 5 botol air asmaan untuk keberkahan keluarga kami.
Kupandangi Mobil itu sampai hilang dari pandangan. Dua jam rawuhnya beliau terasa hanya dua menit. Aku masih lenger lenger menyadari bahwa peristiwa ini benar benar terjadi.
Terima kasih Ya Allah Yang telah mentaqdirkan pertemuan agung ini.
Terimaksih Murobbi Ruuhi ๐ญ๐ญ๐ญdikala panjenengan berikhtiyar untuk kesembuhan, panjenengan kerso rawuh ten gubuk kulo
ุฌุฒุงูู
ุงููู ุงููู ุงูุฌุฒุงุก....
Terimakasih Bu Nyai yang terus menemani dan beliau sampai akhir hayat beliau
Terimakasih mas hadzik... Aku yaqin pean santri sing bejo.. Ditakdirkan bisa mendampingi beliau bahkan menjadi saksi hidup husnul khotimahnya murobbi ruuhy...
๐ญ๐ญ๐ญ๐ญ๐คฒ๐คฒ๐คฒ
Jombang Rabu 2 maret 2022 pukul 01.11 WIB
Ditulis untuk memperingati 7 hari Wafatnya murobbi ruuhy.
Komentar
Posting Komentar