KEISTIMEWAAN KYAI DJAMALLUDIN AHMAD
8 keistimewaan kyai Djamal
8 Keistimewaan Kiai Djamal*
Berikut ini penjelasan 8 keistimewaan kiyai Djamaluddin Ahmad:
1- Santri Yang Alim
Kiai Salim Azhar mondok di Tambakberas antara Tahun 1966 -1973. Semasa itu, beliau sering mendengar bahwa di pondok ini, pernah ada seorang santri yang begitu alim bernama Djamaludin Ahmad. Djamaluddin ini, memiliki teman yang juga alim bernama Masruri dari Benda Bumiayu. Selain alim, Djamaluddin ini juga diambil menantu oleh Kiai Fattah.
2- Ahli Khidmah di Pondok
Setelah dinikahkan. Yai Djamal mondok lagi. Kepada Mbah Yai Baidlowi Lasem. Kiai Maksum. Kai Dalhar Watucongol. Walaupun telah menikah dengan Neng Churriyah binti Kiai Fattah. Kiai Djamal tetap khidmah di pondok dengan sungguh-sungguh. Sampai ketika roan pondok, Beliau langsung memberi teladan dengan hanya pakai celana, kaos, dan tanpa peci. Nyemplung jeding. Padahal beliau pada waktu itu keluarga ndalem. Sudah ngajar ngaji. Sehingga roannya santri waktu itu "ketunggon" Kiai Djamal.
3- Guru yang Tawadlu lagi Alim
Pada masa-masa itu, orang memanggil Yai Djamal dengan Pak Djamal. Beliau mengajar Kitab Husnul Hamidiyah. Saking tawadluknya dengan santri, kalau manggil Kang. Jadi ketika memanggil saya, ya Kang Salim.
Beliau ketika mengajar, yang diterangkan yang tinggi-tinggi. Sampai membuat saya penasaran. Akhirnya saya tanya, "Itu keterangan dari kitab apa Pak Djamal?". Beliau menjawab, "Ummul Barohin dan Ikhya Ulumuddin". Dan karena beliau lah, saya terinpirasi ingin ngaji Ummul Barohin dan Ikhya. Beliau adalah guru yang bisa menginspirasi muridnya agar mau mempelajari kitab yang beliau ajarkan.
4- Sabar dan Hebat dalam Mengkader Santri
Cara mengkader santri ala Kiai Djamal adalah dengan dikliter terus. Jadi kalau sudah ada anak yang ketahuan bisa. Maka dia disuruh terus membaca. Beliau guru yang mengajarnya sabar, telaten, sehingga menjadikan anak bisa membaca kitab.
5- Suka Mendongeng
Kesukaan Kiai Djamal adalah mendongeng. Yang sering beliau dongengkan adalah figur orang-orang ahli tauhid dan ahli tasawuf. Diantaranya adalah pamannya sendiri yaitu Kiai Shodiq Genukwatu. Figur yang tidak hanya menguasai teori, tapi juga amaliyah. Dari ilmu yaqin, ainul yakin, sampai haqul yakin. Jadi kalau teorinya besok akan ada pertanyaan kubur. Yai Shodiq tidak hanya tau secara ilmu, tapi memang benar-benar melihat pertanyaan kubur. Saking hebatnya Mbah Yai Djamal dongeng tentang tauhid dan tasawuf. Sampai saya ingin ngaji ilmu seperti itu.
6- Guru yang Telaten
Dulu di Tambakberas ada program sholat malam ketika malam jumat. Dipimpin oleh Yai Chasbullah Salim. Sholat khajat, kemudian wiridan. Wiridnya lama. Karena saya tidak pati betah melek. Saya ikut kadang-kadang. Padahal wiridannya bagus-bagus. Sayangnya ketika saya mencari catatan dari Yai Chasbulllah Salim sudah hilang.
Wiridnya orang Tambakbetas itu banyak. Diantara yang saya amalkan adalah dari Mbah Wahab, yaitu Huwal Habib. Dari Mbah Fattah yaitu, Alquran. Dan dari Yai Djamal yaitunLaqodja dan ayat kursi.
Yai Djamal setiap malam jumat telaten membangunkan santri-santri untuk diajak wiridan bersama Mbah Hasbullah Salim. Beliau sangat telaten. Khususnya membangunkan santri-santri yang mau tamat. Saya juga pernah pindah tempat tidur, tapi masih ketemu saja oleh Kiai Djamal.
7- Sosok yang Perhatian Kepada Murid
Selain telaten, Kiai Djamal sangat perhatiannya kepada murid. Ketika saya akan tamat, Yai Djamal bertanya, mau meneruskan kemana?. Beliau lah yang menyarankan untuk meneruskan ngaji saja. Ngaji kilatan. Dan beliau sendiri yang mengantar.
Dari Tambakberas ke Jombok. Dari Jombok ke Genukwatu berjalan sejauh 4 kilometer. Sampai di Pesantren Genukwatu. Lha kok Kiainya bawa cetok. Membangun pondok sendiri.
Yai Djamal saat itu dawuh, "Belajar ojok nyawang jebone". Di dalam kitab Ikhya ada keterangan Imam Ghazali, "Kalau tidak sakit, tidak usah tarak (menahan makan terhadap makanan tertentu)". Sedangkan di Pondok Genukwatu semua tarak. Yang dimakan menyok. Tidak ada yang makan nasi.
Dalam hati saya bertanya, "Santri-santri ini puasa ngerowot dari kitab apa?. Wong Imam Ghazali keterngannya kalau tidak sakit tidak usah tarak". Tiba-tiba Mbah Yai Shodiq dawuh, "Sing Loro iku atimu". Jleb, Beliau dawuh seperti itu, dengan mesem. Baru kemudian saya menyadari, inilah guru yang sesungguhnya. Yai Djamal seolah mengajari saya bahwa, di atas ilmu yang dipelajari di Tambakberas, ada ilmu yang lain.
8- Kiai yang Lapang Menghadapi Santri
Saya selalu hubungan dengan Yai Djamal. Tapi saya merasa bersalah dalam satu hal. Dulu saya pernah ditawari oleh Yai Djamal mau dinikahkan dengan putri seorang Kiai yang alim. Secara pribadi saya meng-iyakan. Bukan karena anaknya cantik, tapi karena bapaknya alim.
Saat itu saya matur untuk minta izin kepada orang tua. Ibu mengiyakan tapi disuruh tanya bapak. Ketika tanya bapak, ternyata jawabannya bapak, "Aku wes kadung nyemayani wong e, lha wong e iki yo ijek dulure dewe". Setelah itu saya blank, lesoh, sakit, demam tapi bukan karena corona. Saya bingung. Ini saya turut orang tua atau guruku saya. Karena ada syiir:
أقدم أستاذي على نفسى والدى () وإن نالنى من والدى الفضلى والشرف
فذاك مرب الروح والروح جوهر () وهذا مرب الجسم والجسم كالصدف.
Kemudian saya diobati Mbah saya. Bahwa bapak dan ibu saya adalah guru saya karena dari keduanya saya belajar Quran dan alif ba ta. Kemudian saya matur kepada Kiai Djamal, tidak apa-apa semua adalah kehendak Alloh Ta'ala, dawuh beliau. Yang saya herankan adalah ketika saya nikah, saya undang Yai Djamal untuk Mauidloh, beliau kerso rawuh. Beliau sangat lapang dada menghadapi santri.
*Dirangkum dari Kesaksian Kiai Salim Azhar, mohon koreksi apabila ada salah rangkum dan penulisan
Komentar
Posting Komentar